CHARACTER BUILDING
Membangun
karakter tidak semudah membangun rumah, jembatan, jalan, dan lainnya karena
membangun karakter adalah bentuk hakekat jiwa seseorang yang terus
berkelanjutan agar menjadi lebih baik dan mulia, membangun karakter banyak
komponen yang harus dilibatkan instusi lembaga pendidikan, orang tua dan
masyarakat sehingga berjalan dengan ideal dengan harapan bersama. disiplin diri
merupakan hal yang terpenting dalam setiap upaya membangun dan membentuk
karakter seseorang sebab karakter mengandung pengertian :
1.
suatu kualitas positif yang dimiliki
seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif.
2.
reputasi seseorang dan
3.
seseorang yang unusual atau memiliki
kepribadian yang eksentrik.
Akar kata karakter dapat dilacak
dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax yang maknanya “tools for
marking”(alat untuk menandai), to engrave” (mengukir) dan pointed
stake(menunjukan). Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa
prancis (caractere) pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa inggris
menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam
kamus poerwardarminta, karakter di artikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Yang membedakan seseorang daripada yang lain.
Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character
building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga
membentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Ibarat sebuah huruf aflabet yang tak pernah sana antara yang satu dengan yang
lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang
lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau berkarakter
tercela).
Tentang pembentukan proses pembentukan
karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar “Helen Keller” (1880-1968).
Wanita luar biasa ini menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat
bantuan seorang keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan
setelah melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas)
kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama kali yang lulus cum laude dari
Radcliffe College di tahun 1904 pernah berkata : ”character cannot be develop
in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul
be strengthened, vision cleared, ambition inspired and success achieved”
(karakter tidak bisa berkembang dalam kemudahan dan cukup.Hanya melalui
pengalaman ujian dan penderitaan jiwa bisadiperkuat, visi dibersihkan,
terinspirasi ambisi dan keberhasilan yang dicapai). Kalimat itu boleh jadi
merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang
dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang
pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapat penghargaan di tingkat
Nasional dan Intenasional atas prestasi dan pengabdiannya.
Helen Keller adalah model manusia
berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses
membangun karakter itu memerlukan disiplin yang tinggi karena tidak pernah
mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat
rentetan moral choice (keputusan moral) dan di tidaklanjuti dengan aksi nyata
sehingga menjadi praktis, reflektif, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu
untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat
seseorang.
Selanjutnya, tentang nilai atau
makna pentingnya karakter bagi kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip
pernyataan seorang hakim Agung di Amerika, Antonim scalia, “bear in mind that
brains and learning, like muscle and physical skills, are article of commerce.
They are bought and sold. You can hire them by the year or by the hour. The
only thing in the world not for sale is character. And if that does not govern
and direct your brains and learning, they will do you and the world more harm
than good”.(ingat bahwa otak dan belajar, seperti otot dan keterampilan
fisik,artikel perdagangan. Mereka yang dibeli dan dijual. Anda dapat menyewa
mereka dengan tahun atau per jam. Satu-satunya di dunia tidak untuk dijual
adalah karakter. Dan jika itu tidak mengatur dan mengarahkan otak Anda dan
belajar, mereka akan merugikan Anda dan dunia lebih dari yang baik. scilia
menunjukan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi fondasi bagi
kecerdasan dan pengatuan (brains and learning). Sebab kecerdasan dan
pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang dapat di perjualbelikan.
Dan sudah menjadi pengetahuan umum badwa di era knowledge is powes.
Masalahnya, bila orang-orang yang
dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter terpuji, maka tak
diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata
lain knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi
iklan yang pernah muncul Harian Kompas, bahwa knowledge is power, but character
is more.
Demikian makna penting sebuah
karakter dan proses pembentukannya yang tidak pernah mudah melahirkan
manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Kearah yang demikian itulah pendidikan
dan pembelajaran termasuk pengajaran di instusi formal dan pelatihan di
institusi nonformal seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia
berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan
orang-orang yang dapat dipengaruhinya aga menjadi lebih manusiawi, menjadi
manusia utuh atau memiliki integralitas. Hal ini lah yang dibutuhkan bangsa
kita saat ini. Untuk bangkit dan menciptakan sumber daya manusia kedepan yang
lebih baik. Sohudi Syaputra /sohudi tak banyak yang aku tau, tapi belajar adalah
mutlak mengetahui sesuatu. belajar adalah proses memahami akan sesuatu.
Sumber :
Analisi :
Pentingnya
menerapkan Character Building sedari kecil agar menjadi manusia utuh atau
memiliki integralitas, Sulitnya membangun karakter seseorang menjadi sumber
daya manusia kedepan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar